TUGAS INDIVIDU Nama :
Eti Purwanti
MATA
KULIAH HADITS Jurusan :
Tarbiyah (PAI)
Dosen
: Umar, S.Ag. Semester
: 3 (tiga)
“ISTIQOMAH”
PENGERTIAN
ISTIQOMAH
Istiqomah berarti berpendirian teguh
atas jalan yang lurus, berpegang pada akidah Islam dan melaksanakan syariat
dengan teguh, tidak berubah dan berpaling dalam keadaan apapun.
Dari pengertian ini dapat dirumuskan
unsur-unsur utama istiqomah, yakni :
1. Berpegang pada akidah yang benar,
aqidah ahli As-sunnah Waljamaah.
2. Melaksanakan tuntutan Syariat Islam
berpandukan Al-Quran dan hadits Rasul
3. Mempunyai prinsip dan keyakinan yang
tidak akan berubah atau goyah.
4. Tidak terpengaruh dengan dakwah dan
godaan hawa nafsu dan syaitan.
5. Tidak tunduk pada tekanan demi
melaksanakan tanggungjawab dan mempertahankan kebenaran.
Begitu pentingnya Istiqomah ini
sampai Nabi Muhammad SAW berpesan kepada seseorang seperti dalam hadits
berikut:
عن أبي سفيان بن عبد الله رضي الله علنه قال: قلت يا رسول
الله، قل لي فى الإسلام قولا لا أسأله عنه أحدا غيرك، قال: قل آمنت بالله ثم استقم
(رواه مسلم)
Dari Dari Abu Sufyan bin Abdillah
Radhiallahu ‘anhu berkata: Aku telah berkata, “wahai rasulullah katakanlah kepadaku pesan dalam Islam sehingga aku
tidak perlu berkata pada orang lain selain engkau. Nabi menjawab,”katakanlah
aku telah beriman kepada Allah kemudian beristiqomahlah”.
Orang yang istiqomah selalu kokoh
dalam aqidah dan tidak goyang keimanan bersama dalam tantangan hidup. Sekalipun
dihadapkan pada tantangan hidup, ibadah tidak ikut redup, kantong kering atau
tebal, tetap memperhatikan haram halal, dicaci dipuji, sujud pantang berhenti,
sekalipun ia memiliki fasilitas, ia tidak tergoda melakukan kemaksiatan.
CONTOH
ISTIQOMAH
Beberapa contoh ber-Istiqomah,
antara lain :
1.
Istiqomah dalam Iman dan melaksanakan tuntutan Iman.
2.
Istiqomah dalam solat dan Ibadah-ibadah khusus yang lain.
3.
Istiqomah dalam menegakkan kebenaran dan keadilan serta
menentang kebatilan dan kezaliman.
4.
Istiqomah dalam ibadah umum seperti belajar, berniaga dan
membuat kerja-kerja yang diizinkan oleh syara.
TAHAP-TAHAP
ISTIQOMAH
Ada tiga tahap Istiqomah yang perlu
berlaku serentak yaitu:
1.
Istiqomah hati : sentiasa teguh dalam mempertahankan
kesucian iman dengan cara menjaga kesucian hati daripada sifat syirik, menjauhi
sifat-sifat cela seperti ria dan menyuburkan hati dengan sifat terpuji
terutamanya ikhlas. Dengan kata-kata lain Istiqomah hati bermaksud
mempunyai keyakinan yang kukuh terhadap kebenaran. Firman Allah (Surah
Al-Furqan ‘ ayat 32 )
Artinya : “Dan orang-orang yang kafir berkata : “Mengapa tidak diturunkan
Al-Quran itu kepada Muhammad semuanya sekali ( dengan sekaligus ) ? diturunkan
Al-Quran dengan cara yang demikian kerana hendak menetapkan hatimu (wahai
Muhammad) dengannya, dan kami nyatakan bacaannya kepadamu dengan teratur satu
persatu.”
2.
Istiqomah lisan : memelihara lisan atau tutur kata
daripada kata-kata supaya sentiasa berkata benar dan jujur, setepat kata hati
yang berpegang pada prinsip kebenaran dan jujur, tidak berpura-pura, tidak
bermuka-muka dan tidak berdolak dalik.
Istiqomah lisan terdapat pada orang
yang beriman, berani menyatakan dan mempertahankan kebenaran dan hanya takut
kepada Allah Taala. Firman Allah Taala
(Surah Ibrahim ‘ Ayat 27)
Artinya: “….Allah menetapkan (pendirian) orang-orang yang beriman dengan kalimah
yang tetap teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat…..”
3.
Istiqomah perbuatan : Tekun berkerja atau melakukan
amalan atau melakukan apa saja usaha untuk mencapai kejayaan yang di redhai
Allah. Dengan kata-kata lain istiqomah perbuatan merupakan sikap dedikasi
dalam melakukan sesuatu pekerjaan, perusahaan atau perjuangan menegakkan
kebenaran, tanpa rasa kecewa, lemah semangat atau putus asa. Sikap ini
menjadi begitu rupa karena dorongan hati yang istiqomah.
HIKMAH
ISTIQOMAH
Salah satu makna dari Istiqomah
adalah melakukan kebaikan secara terus-menerus (berkesinambungan / konsisten).
Kebaikan yang dilakukan oleh manusia terus menerus disebabkan karena manusia
juga membutuhkan kebaikan terus menerus selama hidupnya di dunia. Dan yang
lebih besar lagi adalah mendapatkan kebaikan yang ia lakukan di dunia secara
terus menerus itu untuk kehidupan di akhirat.
Surga adalah tempat yang di idamkan
oleh setiap manusia, tempat kembali yang penuh dengan kenikmatan, keindahan
yang belum pernah manusia rasakan. Ini adalah satu pencapaian besar yang
perlu upaya dan pengorbanan. Dan untuk melakukan hal itu, tiada kata lain
selain istiqomah.
Istiqomah merupakan sikap jati diri
yang teguh dan tidak luntur oleh apapun pengaruh dan cobaan. Sikap ini
membolehkan seseorang itu terus berusaha untuk mencapai keberhasilan dari usaha dan pengorbanannya. Dengan kata
lain istiqomah juga menjadi faktor pencapaian keberhasilan dalam segala bidang,
ada bidang agama, siasah, ekonomi, pendidikan, penyelidikan, perusahaan dan
perniagaan. Peribahasa melayu ada menyebutkan, “berpantang maut sebelum
ajal.”
MEMBENTUK SIKAP ISTIQOMAH
Sikap Istiqomah dapat di bentuk
dengan menanamkan unsur-unsur yang berikut ke dalam diri:
Matlamat
yang unggul, yaitu berjana dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.
1.
Semangat dan daya
juang yang tinggi serta tidak mudah mengalah atau berputus asa.
2.
Prinsip yang benar
berasaskan Al-Quran dan hadis Rasullallahi Sallallahu Alaihi Wassalam.
3.
Ilmu dan maklumat
yang cukup.
4.
Strategi yang kemas
dalam perjuangan.
5.
Usaha yang
berterusan.
6.
Yakin kepada takdir
dan janji Allah Taala.
7.
Berdoa dan
bertawakal.
8.
Bersyukur dan redha.
Sikap ini dapat diteladani daripada
Rasullallah SAW, para sahabat, para mujahid, syuhada’ dan salihin seperti yang
tertera di dalam gambaran sejarah.
JALAN MENUJU ISTIQOMAH.
Dalam bukunya al-Istiqomah, Syaikh Abdullah Bin Jarullah menyebutkan
beberapa jalan mencapai istiqomah:
1.
Taubat. Yakni, membersihkan diri
dari dosa dan maksiat, disertai perasaan menyesal serta tekad untuk tidak
mengulangi kembali.
2.
Muraqobah (perasaan diawasi). Dalam
artian, selalu merasakan adanya pengawasan Allah SWT yang Maha Melihat lagi
Maha Mengetahui.
3.
Muhasabah (intropeksi diri).
Muslim yang berakal, sebagaimana disinyalir oleh Rasulullah SAW adalah mereka
yang senantiasa melakukan intropeksi diri. Sebaliknya, lalai terhadap perbuatan
yang telah dilakukan baik berupa kebajikan atau keburukan, pertanda ia termasuk
orang tertipu.
Muhasabah diri, berguna untuk mengingatkan diri sendiri tentang
kekurangan dalam perkara amal shaleh. Di samping sebagai pemberi peringatan
atas segala kelalaian dan dosa.
4.
Mujahadah (bersungguh-sungguh). Artinya, seorang muslim sadar, bahwa musuh utama yang harus ia
hadapi adalah hawa nafsunya sendiri. Lantaran hawa nafsu itu senantiasa condong
kepada tindak kejahatan dan kekejian.
5.
Tadabbur. Yakni memikirkan dan
merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah SWT di alam ini. Termasuk tadabbur akan
sirah perjalanan para sholihin terdahulu.
HAKEKAT DAN ANJURAN ISTIQOMAH
Istiqomah artinya tegak dan lurus serta tidak condong. Dalam artian,
sebagaimana ungkapan Umar Ibnul Khattab ra, tegar dan komit dalam menunaikan
segala perintah dan menjauhi larangan-Nya sesuai dengan tuntunan Rasullullah SAW.
Disamping tidak condong atau menyimpang kepada jalan-jalan lain yang
menjerumuskan ke jurang kebinasaan.
Definisi ini, sebenarnya telah diisyaratkan
Rasulullah SAW, tatkala membuat suatu garis lurus dengan tangan beliau,
seraya bersabda:
قَالَ هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ ثُمَّ خَطَّ خُطُوطًا عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ هَذِهِ سُبُلٌ قَالَ يَزِيدُ مُتَفَرِّقَةٌ عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا
شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ ثُمَّ قَرَأ : { إِنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ }
“Ini adalah jalan Allah”. Kemudian beliau membuat garis-garis lain
di samping kiri dan kanannya, dan bersabda: “Ini adalah jalan-jalan (yang
lain), tidak ada satupun darinya melainkan padanya ada syetan yang menyeru
kepadanya”. Beliau lalu membaca ayat: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini
adalah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah dia; dan jangan kamu mengikuti
jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu akan mencerai beraikan kamu dari
jalan-Nya”. (Qs. Al An’am/6:153). (HR. Ahmad no:
3928, al-Hakim no: 3199, Ibnu Hibban no: 6, berkata al-Haitsami dalam al-Majma’
3/158: Diriwayatkan oleh Ahmad dan al-Bazzar padanya ada perawi bernama ‘Ashim
bin Bahdalah, ia perawi tsiqoh namun ada kelemahan).
KEUTAMAAN ORANG YANG BISA TERUS ISTIQOMAH
Yang dimaksud istiqomah adalah menempuh jalan (agama)
yang lurus (benar) dengan tidak berpaling ke kiri maupun ke kanan. Istiqomah
ini mencakup pelaksanaan semua bentuk ketaatan (kepada Allah) lahir dan batin,
dan meninggalkan semua bentuk larangan-Nya. Inilah pengertian istiqomah yang
disebutkan oleh Ibnu Rajab Al Hambali. Di antara ayat yang menyebutkan keutamaan
istiqomah adalah firman Allah SWT: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah
Allah” kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka
malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa
takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan
(memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.” (QS. Fushilat:
30)
Yang dimaksud dengan istiqomah di sini terdapat tiga
pendapat di kalangan ahli tafsir:
1.
Istiqomah di atas
tauhid, sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Bakr Ash Shidiq dan Mujahid,
2.
Istiqomah dalam
ketaatan dan menunaikan kewajiban Allah, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu
‘Abbas, Al Hasan dan Qotadah,
3.
Istiqomah di atas
ikhlas dan dalam beramal hingga maut menjemput, sebagaimana dikatakan oleh Abul
‘Aliyah dan As Sudi.
PASTI ADA KEKURANGAN DALAM ISTIQOMAH
Ketika kita ingin berjalan di jalan yang lurus dan
memenuhi tuntutan istiqomah, terkadang kita tergelincir dan tidak bisa
istiqomah secara utuh. Lantas apa yang bisa menutupi kekurangan ini? Jawabnnya
adalah pada firman Allah SWT,
“Katakanlah:
“Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku
bahwasanya Rabbmu adalah Rabb Yang Maha Esa, maka tetaplah istiqomah
pada jalan yan lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya.” (QS. Fushilat:
6). Ayat ini memerintahkan untuk istiqomah sekaligus beristigfar (memohon ampun
pada Allah).
Ibnu Rajab Al Hambali menjelaskan, “Ayat di atas “Istiqomahlah dan mintalah ampun kepada-Nya” merupakan
isyarat bahwa seringkali ada kekurangan dalam istiqomah yang
diperintahkan. Yang menutupi kekurangan ini adalah istighfar
(memohon ampunan Allah). Istighfar itu sendiri mengandung taubat dan
istiqomah (di jalan yang lurus).”
KIAT-KIAT AGAR TETAP ISTIQOMAH
Ada beberapa sebab utama yang bisa membuat seseorang
tetap teguh dalam keimanan.
a.
Memahami dan
mengamalkan dua kalimat syahadat dengan baik dan benar.
b.
Mengkaji Al Qur’an dengan menghayati dan
merenungkannya.
c.
Iltizam (konsekuen)
dalam menjalankan syari’at Allah
Maksudnya di sini
adalah seseorang dituntunkan untuk konsekuen dalam menjalankan syari’at atau
dalam beramal dan tidak putus di tengah jalan. Karena konsekuen dalam beramal
lebih dicintai oleh Allah daripada amalan yang sesekali saja dilakukan.
d.
Membaca
kisah-kisah orang sholih sehingga bisa dijadikan uswah (teladan) dalam
istiqomah.
e.
Memperbanyak do’a
pada Allah agar diberi keistiqomahan.
f.
Bergaul dengan
orang-orang sholih.
Demikian beberapa kiat mengenai istiqomah. Semoga Allah senantiasa meneguhkan kita di
atas ajaran agama yang hanif (lurus) ini. Wahai Dzat yang Maha
Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu.
SEBUAH HADITS
TENTANG ISTIQOMAH
Dari Abu Amr atau Abu Amrah ra; Sufyan bin
Abdullah Atsaqafi r.a. berkata, Aku berkata, Wahai Rasulullah, katakanlah
kepadaku dalam Islam satu perkataan yang aku tidak akan menanyakannya kepada
seorangpun selain padamu. Rasulullah menjawab,
“Katakanlah, saya beriman kemudian istiqamahlah.” (HR. Muslim)
DAFTAR PUSTAKA
http://hifzhanberau.wordpress.com/2009/05/22/sebuah-hadist-tentang-istiqomah/
Tidak ada komentar :
Posting Komentar