Kamis, 01 Mei 2014

Belajar Istiqomah



TUGAS INDIVIDU                                                           Nama      : Eti Purwanti
MATA KULIAH HADITS                             Jurusan   : Tarbiyah (PAI)
Dosen : Umar, S.Ag.                              Semester       : 3 (tiga)


“ISTIQOMAH”


     PENGERTIAN ISTIQOMAH
Istiqomah berarti berpendirian teguh atas jalan yang lurus, berpegang pada akidah Islam dan melaksanakan syariat dengan teguh, tidak berubah dan berpaling dalam keadaan apapun.
Dari pengertian ini dapat dirumuskan unsur-unsur utama istiqomah, yakni :
1.     Berpegang pada akidah yang benar, aqidah ahli As-sunnah Waljamaah.
2.     Melaksanakan tuntutan Syariat Islam berpandukan Al-Quran dan hadits Rasul
3.     Mempunyai prinsip dan keyakinan yang tidak akan berubah atau goyah.
4.     Tidak terpengaruh dengan dakwah dan godaan hawa nafsu dan syaitan.
5.     Tidak tunduk pada tekanan demi melaksanakan tanggungjawab dan mempertahankan kebenaran.
Begitu pentingnya Istiqomah ini sampai Nabi Muhammad SAW berpesan kepada seseorang seperti dalam hadits berikut:
عن أبي سفيان بن عبد الله رضي الله علنه قال: قلت يا رسول الله، قل لي فى الإسلام قولا لا أسأله عنه أحدا غيرك، قال: قل آمنت بالله ثم استقم (رواه مسلم)
Dari Dari Abu Sufyan bin Abdillah Radhiallahu ‘anhu berkata: Aku telah berkata, “wahai rasulullah katakanlah kepadaku pesan dalam Islam sehingga aku tidak perlu berkata pada orang lain selain engkau. Nabi menjawab,”katakanlah aku telah beriman kepada Allah kemudian beristiqomahlah”.
Orang yang istiqomah selalu kokoh dalam aqidah dan tidak goyang keimanan bersama dalam tantangan hidup. Sekalipun dihadapkan pada tantangan hidup, ibadah tidak ikut redup, kantong kering atau tebal, tetap memperhatikan haram halal, dicaci dipuji, sujud pantang berhenti, sekalipun ia memiliki fasilitas, ia tidak tergoda melakukan kemaksiatan.

CONTOH ISTIQOMAH
Beberapa contoh ber-Istiqomah, antara lain :
1.      Istiqomah dalam Iman dan melaksanakan tuntutan Iman.
2.      Istiqomah dalam solat dan Ibadah-ibadah khusus yang lain.
3.      Istiqomah dalam menegakkan kebenaran dan keadilan serta menentang kebatilan dan kezaliman.
4.      Istiqomah dalam ibadah umum seperti belajar, berniaga dan membuat kerja-kerja yang diizinkan oleh syara.

TAHAP-TAHAP ISTIQOMAH
Ada tiga tahap Istiqomah yang perlu berlaku serentak yaitu:
1.      Istiqomah hati :  sentiasa teguh dalam mempertahankan kesucian iman dengan cara menjaga kesucian hati daripada sifat syirik, menjauhi sifat-sifat cela seperti ria dan menyuburkan hati dengan sifat terpuji terutamanya ikhlas.  Dengan kata-kata lain Istiqomah hati bermaksud mempunyai keyakinan yang kukuh terhadap kebenaran.  Firman Allah (Surah Al-Furqan ‘ ayat 32 )
Artinya : “Dan orang-orang yang kafir berkata : “Mengapa tidak diturunkan Al-Quran itu kepada Muhammad semuanya sekali ( dengan sekaligus ) ? diturunkan Al-Quran  dengan cara yang demikian kerana hendak menetapkan hatimu (wahai Muhammad) dengannya, dan kami nyatakan bacaannya kepadamu dengan teratur satu persatu.”
2.      Istiqomah lisan :  memelihara lisan atau tutur kata daripada kata-kata supaya sentiasa berkata benar dan jujur, setepat kata hati yang berpegang pada prinsip kebenaran dan jujur, tidak berpura-pura, tidak bermuka-muka dan tidak berdolak dalik.
Istiqomah lisan terdapat pada orang yang beriman, berani menyatakan dan mempertahankan kebenaran dan hanya takut kepada Allah Taala.  Firman Allah Taala  (Surah Ibrahim ‘ Ayat 27)
Artinya: “….Allah menetapkan (pendirian) orang-orang yang beriman dengan kalimah yang tetap teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat…..”
3.      Istiqomah perbuatan :  Tekun berkerja atau melakukan amalan atau melakukan apa saja usaha untuk mencapai kejayaan yang di redhai Allah.  Dengan kata-kata lain istiqomah perbuatan merupakan sikap dedikasi dalam melakukan sesuatu pekerjaan, perusahaan atau perjuangan menegakkan kebenaran, tanpa rasa kecewa, lemah semangat atau putus asa.  Sikap ini menjadi begitu rupa karena dorongan hati yang istiqomah.

HIKMAH ISTIQOMAH
Salah satu makna dari Istiqomah adalah melakukan kebaikan secara terus-menerus (berkesinambungan / konsisten). Kebaikan yang dilakukan oleh manusia terus menerus disebabkan karena manusia juga membutuhkan kebaikan terus menerus selama hidupnya di dunia. Dan yang lebih besar lagi adalah mendapatkan kebaikan yang ia lakukan di dunia secara terus menerus itu untuk kehidupan di akhirat.
Surga adalah tempat yang di idamkan oleh setiap manusia, tempat kembali yang penuh dengan kenikmatan, keindahan yang belum pernah manusia rasakan.  Ini adalah satu pencapaian besar yang perlu upaya dan pengorbanan. Dan untuk melakukan hal itu, tiada kata lain selain istiqomah.
Istiqomah merupakan sikap jati diri yang teguh dan tidak luntur oleh apapun pengaruh dan cobaan.  Sikap ini membolehkan seseorang itu terus berusaha untuk mencapai keberhasilan dari  usaha dan pengorbanannya.  Dengan kata lain istiqomah juga menjadi faktor pencapaian keberhasilan dalam segala bidang, ada bidang agama, siasah, ekonomi, pendidikan, penyelidikan, perusahaan dan perniagaan.  Peribahasa melayu ada menyebutkan, “berpantang maut sebelum ajal.”

MEMBENTUK SIKAP ISTIQOMAH
Sikap Istiqomah dapat di bentuk dengan menanamkan unsur-unsur yang berikut ke dalam diri:
   Matlamat yang unggul, yaitu berjana dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.
1.        Semangat dan daya juang yang tinggi serta tidak mudah mengalah atau berputus asa.
2.        Prinsip yang benar berasaskan Al-Quran dan hadis Rasullallahi Sallallahu Alaihi Wassalam.
3.        Ilmu dan maklumat yang cukup.
4.        Strategi yang kemas dalam perjuangan.
5.        Usaha yang berterusan.
6.        Yakin kepada takdir dan janji Allah Taala.
7.        Berdoa dan bertawakal.
8.        Bersyukur dan redha.
Sikap ini dapat diteladani daripada Rasullallah SAW, para sahabat, para mujahid, syuhada’ dan salihin seperti yang tertera di dalam gambaran sejarah.

JALAN MENUJU ISTIQOMAH.
Dalam bukunya al-Istiqomah, Syaikh Abdullah Bin Jarullah menyebutkan beberapa jalan mencapai istiqomah:
1.        Taubat. Yakni, membersihkan diri dari dosa dan maksiat, disertai perasaan menyesal serta tekad untuk tidak mengulangi kembali.
2.        Muraqobah (perasaan diawasi). Dalam artian, selalu merasakan adanya pengawasan Allah SWT yang Maha Melihat lagi Maha Mengetahui.
3.        Muhasabah  (intropeksi diri). Muslim yang berakal, sebagaimana disinyalir oleh Rasulullah SAW adalah mereka yang senantiasa melakukan intropeksi diri. Sebaliknya, lalai terhadap perbuatan yang telah dilakukan baik berupa kebajikan atau keburukan, pertanda ia termasuk orang tertipu.
Muhasabah diri, berguna untuk mengingatkan diri sendiri tentang kekurangan dalam perkara amal shaleh. Di samping sebagai pemberi peringatan atas segala kelalaian dan dosa.
4.         Mujahadah (bersungguh-sungguh). Artinya, seorang muslim sadar, bahwa musuh utama yang harus ia hadapi adalah hawa nafsunya sendiri. Lantaran hawa nafsu itu senantiasa condong kepada tindak kejahatan dan kekejian.
5.        Tadabbur. Yakni memikirkan dan merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah SWT di alam ini. Termasuk tadabbur akan sirah perjalanan para sholihin terdahulu.

HAKEKAT DAN ANJURAN ISTIQOMAH
               Istiqomah artinya tegak dan lurus serta tidak condong. Dalam artian, sebagaimana ungkapan Umar Ibnul Khattab ra, tegar dan komit dalam menunaikan segala perintah dan menjauhi larangan-Nya sesuai dengan tuntunan Rasullullah SAW. Disamping tidak condong atau menyimpang kepada jalan-jalan lain yang menjerumuskan ke jurang kebinasaan.
Definisi ini, sebenarnya telah diisyaratkan Rasulullah SAW,  tatkala membuat suatu garis lurus dengan tangan beliau, seraya bersabda:

قَالَ هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ ثُمَّ خَطَّ خُطُوطًا عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ هَذِهِ سُبُلٌ قَالَ يَزِيدُ مُتَفَرِّقَةٌ عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا

شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ ثُمَّ قَرَأ : { إِنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ }

“Ini adalah jalan Allah”. Kemudian beliau membuat garis-garis lain di samping kiri dan kanannya, dan bersabda: “Ini adalah jalan-jalan (yang lain), tidak ada satupun darinya melainkan padanya ada syetan yang menyeru kepadanya”. Beliau lalu membaca ayat: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah dia; dan jangan kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu akan mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya”. (Qs. Al An’am/6:153). (HR. Ahmad no: 3928, al-Hakim no: 3199, Ibnu Hibban no: 6, berkata al-Haitsami dalam al-Majma’ 3/158: Diriwayatkan oleh Ahmad dan al-Bazzar padanya ada perawi bernama ‘Ashim bin Bahdalah, ia perawi tsiqoh namun ada kelemahan).
         
          KEUTAMAAN ORANG YANG BISA TERUS ISTIQOMAH
Yang dimaksud istiqomah adalah menempuh jalan (agama) yang lurus (benar) dengan tidak berpaling ke kiri maupun ke kanan. Istiqomah ini mencakup pelaksanaan semua bentuk ketaatan (kepada Allah) lahir dan batin, dan meninggalkan semua bentuk larangan-Nya. Inilah pengertian istiqomah yang disebutkan oleh Ibnu Rajab Al Hambali. Di antara ayat yang menyebutkan keutamaan istiqomah adalah firman Allah SWT: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.” (QS. Fushilat: 30)
Yang dimaksud dengan istiqomah di sini terdapat tiga pendapat di kalangan ahli tafsir:
1.                      Istiqomah di atas tauhid, sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Bakr Ash Shidiq dan Mujahid,
2.                      Istiqomah dalam ketaatan dan menunaikan kewajiban Allah, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Al Hasan dan Qotadah,
3.                      Istiqomah di atas ikhlas dan dalam beramal hingga maut menjemput, sebagaimana dikatakan oleh Abul ‘Aliyah dan As Sudi. 
         
          PASTI ADA KEKURANGAN DALAM ISTIQOMAH
Ketika kita ingin berjalan di jalan yang lurus dan memenuhi tuntutan istiqomah, terkadang kita tergelincir dan tidak bisa istiqomah secara utuh. Lantas apa yang bisa menutupi kekurangan ini? Jawabnnya adalah pada firman Allah SWT,
Katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Rabbmu adalah Rabb Yang Maha Esa, maka tetaplah istiqomah pada jalan yan lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya.” (QS. Fushilat: 6). Ayat ini memerintahkan untuk istiqomah sekaligus beristigfar (memohon ampun pada Allah).
Ibnu Rajab Al Hambali menjelaskan, “Ayat di atas “Istiqomahlah dan mintalah ampun kepada-Nya” merupakan isyarat bahwa seringkali ada kekurangan dalam istiqomah yang diperintahkan. Yang menutupi kekurangan ini adalah istighfar (memohon ampunan Allah). Istighfar itu sendiri mengandung taubat dan istiqomah (di jalan yang lurus).”

          KIAT-KIAT AGAR TETAP ISTIQOMAH
Ada beberapa sebab utama yang bisa membuat seseorang tetap teguh dalam keimanan. 
a.       Memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat dengan baik dan benar. 
b.       Mengkaji Al Qur’an dengan menghayati dan merenungkannya.
c.        Iltizam (konsekuen) dalam menjalankan syari’at Allah
Maksudnya di sini adalah seseorang dituntunkan untuk konsekuen dalam menjalankan syari’at atau dalam beramal dan tidak putus di tengah jalan. Karena konsekuen dalam beramal lebih dicintai oleh Allah daripada amalan yang sesekali saja dilakukan.
d.      Membaca kisah-kisah orang sholih sehingga bisa dijadikan uswah (teladan) dalam istiqomah.
e.       Memperbanyak do’a pada Allah agar diberi keistiqomahan.
f.       Bergaul dengan orang-orang sholih.
Demikian beberapa kiat mengenai istiqomah. Semoga Allah senantiasa meneguhkan kita di atas ajaran agama yang hanif (lurus) ini. Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu.

          SEBUAH HADITS TENTANG ISTIQOMAH
Dari Abu Amr atau Abu Amrah ra; Sufyan bin Abdullah Atsaqafi r.a. berkata, Aku berkata, Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku dalam Islam satu perkataan yang aku tidak akan menanyakannya kepada seorangpun selain padamu. Rasulullah menjawab, “Katakanlah, saya beriman kemudian istiqamahlah.” (HR. Muslim)

DAFTAR PUSTAKA

http://hifzhanberau.wordpress.com/2009/05/22/sebuah-hadist-tentang-istiqomah/

Tidak ada komentar :

Posting Komentar